Categories

Tampilkan postingan dengan label Movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Movie. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 Desember 2010

Review : V for Vendetta (2006)


V For Vendetta

Sutradara : James McTeigue
Produser : Joel Silver
Produksi : Warner Bros. Pictures
Pemeran : Natalie Portman, Hugo Weaving, Stephen Rea
Durasi : 132 min
Rilis : 17 Maret 2006


Sinopsis


V for Vendetta mengambil latar belakang Inggris di era masa depan ketika berada di bawah kepemimpinan rezim yang totaliter. Hal ini bermula sesaat pasca-perang dunia yang meluluhlantakkan berbagai negeri. Kekacauan merebak dimana-mana, kelaparan, penyakit dan juga angka kematian yang begitu tinggi. Hal ini akhirnya yang menjadi pembenaran bagi seorang politikus yang ambisius untuk meraih kekuasaannya dengan menerapkan pola kekuasaan yang fasistik. Semua dikontrol oleh negara, tak ada kebebasan sipil, bahkan juga termasuk dalam berpendapat dan menjadi berbeda. Bahkan juga di dalamnya, memeluk agama lain selain satu agama yang ‘direstui’ oleh pemerintah, dianggap sebagai sebuah kejahatan. Dalam satu bagian, dikisahkan bagaimana seseorang dapat ditangkap hanya karena memiliki Al-Qur’an. Film, buku-buku sastra dan bahkan juga karya-karya seni dilarang.

Di tengah kondisi demikian, seorang individu yang menyebut dirinya V, dengan mengenakan kostum ala Guy Fawkes mulai mengambil tanggung jawab atas semua hal yang terjadi dan mulai melancarkan propaganda yang dikenal dengan istilah "propaganda by deed". V menyadari bahwa kesalahan suatu negeri memang tidak dapat ditudingkan begitu saja pada para birokrat dan politisi, karena bagaimanapun juga, para penguasa fasis tersebut bisa berada di kekuasaannya karena publik membiarkannya (dengan berbagai alasan, seperti ketakutan dan ketidak pedulian). Dalam satu episode, V mengatakan pada publik melalui televisi bahwa, “untuk mengetahui siapa yang bersalah atas semua yang terjadi, mari kita menatap cermin.”

Maka aksi V yang dimulai pada tanggal 5 November dimulai. Tanggal ini sendiri dipilih untuk menghormati tanggal di mana Guy Fawkes melakukan aksi peledakkan gedung parlemen Inggris pada abad ke-17 yang gagal—kisah mengenai Guy Fawkes sendiri adalah kisah yang nyata terjadi. Satu persatu para politikus, yang merupakan sejumlah tokoh penting dari partai politik yang berkuasa, menemui ajalnya. Hal ini berkaitan dengan ‘dosa-dosa’ para politikus tersebut di masa lampau yang telah memilih V sebagai salah satu korbannya. Plot pemberontakan itu sendiri disusun oleh V sedemikian rupa sehingga dalam waktu satu tahun (dari tanggal 5 November ke 5 November tahun berikutnya), yang diharapkan seluruh kekuasaan fasis akan runtuh.

Dalam film, segalanya berlangsung lancar. Plot demi plot berjalan dengan mulus, bahkan hingga titik terakhirnya di mana publik dengan tenang berjalan menuju Trafalgar Square dan berkumpul menyaksikan bagaimana gedung parlemen meledak dan runtuh. Tentara yang berjaga bahkan tak melepaskan satu tembakan. Semua orang penting partai yang dianggap berdosa di masa lampau telah menemui ajalnya di bawah keadilan yang dibawa oleh V. Sang pemimpin negara, Kanselir Adam Sutler, tewas ditembak Creedy, komandan pertahanan. Creedy sendiri kemudian dibunuh V. Semua mulus walau V sendiri akhirnya menemui ajalnya di tangan para Fingerman, polisi khusus pemerintah.


Kontroversi

Dilarang diputar dan diedarkan di beberapa negara

Di beberapa negara film ini dilarang beredar oleh pemerintah negara setempat dengan alasan tertentu, hal ini terjadi di negara Italia. Di beberapa negara lainnya film ini mulai disoroti oleh perintah dan mempertimbangkan izin peredarannya di negara mereka.

Berbeda dengan versi novel grafis

Versi film V for Vendetta yang digarap oleh Wachowski bersaudara mulai banyak disoroti oleh para penggemar versi novel grafis V for Vendetta, pasalnya mereka melihat terdapat banyak ketidak samaan yang mencolok antara versi film dengan versi novel grafisnya (versi orisinil).

Hal ini juga ikut disoroti oleh Alan Moore sendiri sang pencipta V for Vendetta, bahkan ia sempat mengatakan bahwa "versi film dari V for Vendetta adalah sampah".

Mereka mengatakan bahwa banyak hal yang tidak diangkat oleh film yang sesungguhnya hal tersebut mencerminkan karakter sesungguhnya dari V ini sendiri.

Alasannya tambah mereka, Wachowski bersaudara tampaknya sengaja untuk tidak mengetengahkan apa yang secara eksplisit diangkat oleh Alan Moore, V yang dalam versi grafis menceritakan tentang seorang anarkis yang menentang pemerintah saat itu mengajarkan tentang bagaimana sebuah masyarakat tidak seharusnya dikuasai oleh sekelompok orang saja yang mencekokkan kebenarannya sendiri, mengacu pada sebuah slogan klasik, “Semua kekuasaan adalah korup, dan kekuasaan absolut tentu juga korup secara absolut.” Dalam novel grafisnya, V menjelaskan secara teatrikal tentang bagaimana tatanan masyarakat tersebut akan berjalan dan apa fase yang perlu dilalui untuk mencapai pada tahapan pembentukan masyarakat yang bebas tersebut. Fase pertama adalah sebuah ide destruktif yang dibenarkan untuk menghancurkan atau mendekonstruksi tatanan masyarakat yang eksis saat ini, lantas setelah kehancuran total terjadi—-yang tentu hal ini akan direspon oleh sebagian besar masyarakat dengan tindak kerusuhan dan kekacauan sosial—-diharapkan masyarakat akan mulai belajar untuk mengatur diri mereka sendiri.

Dalam novel grafisnya, ada sebuah episode dimana kekacauan merebak di seluruh penjuru negeri dan V berdiam diri merenung di Shadow Gallery, tempat persembunyiannya. Saat ditanya oleh Evey, sang perempuan yang ia didik sebagai penerusnya, tentang apakah situasi seperti itu yang diinginkan oleh V (dimana kekacauan merebak, penjarahan terjadi dimana-mana). V menjawab, Anarki bukanlah seperti demikian. Ini adalah chaos.” Lanjutnya, “Anarki adalah masyarakat “do-what-you-will” (lakukan apa yang ingin kamu lakukan), sementara kekacauan sosial hanyalah masyarakat “take-what-you-want” (ambil yang kamu inginkan).

Hal tersebut, yang tampaknya menjadi pesan utama Alan Moore dalam novel grafisnya, menjadi kabur—apabila tidak dapat dikatakan hilang.

Alasan kedua menurut mereka, Alan Moore, yang juga adalah seorang anarkis, menyadari bahwa transformasi kekuasaan dari kekuasaan di tangan segelintir orang menjadi kekuasaan popular tak akan pernah mudah. Publik yang pasif, yang telah terbiasa untuk diperbudak, tak akan pernah dapat secara spontan menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Yang biasa terjadi adalah bahwa mereka mencari tokoh-tokoh ideal yang dapat mereka jadikan acuan. Semacam ikon baru. Dalam hal ini, Alan Moore tahu benar akan hal demikian. Maka V tampil dengan kostum, simbol dan attitude uniknya, yang lantas juga menjadi urban-legend bagi publik. Dalam hal ini, dengan topengnya V dapat menjadi siapa saja. Karena semua orang dapat mengenakan topeng yang sama. Tapi transformasi kekuasaan itu tak akan dapat berlangsung spontan. Butuh waktu untuk menjadi seperti demikian. Dalam novelnya, V digantikan oleh Evey, dan Evey sendiri akhirnya ‘merekrut’ Finsch, seorang detektif utama partai, untuk menjadi penerusnya. Sementara di film, dalam waktu singkat semua orang telah mengadopsi topeng dan kostum milik V. Hal ini menurut mereka adalah suatu hal yang mengada-ada.

Bukan hanya itu, masih banyak hal lainnya yang tidak diangkat oleh film V for Vendetta.


Original Soundtrack : Toy Story - You've Got a Friend in Me

Randy Newman - You've Got a Friend in Me





Toy Story adalah sebuah sebuah film animasi menggunakan gambar yang dibuat oleh komputer (Computer-generated imagery/CGI). Film yang dibuat oleh Pixar ini dirilis oleh Walt Disney Pictures dan Buena Vista Distribution di Amerika Serikat pada 21 November 1995 serta di Britania Raya pada 22 Maret 1996.

Toy Story adalah film panjang dengan gambar buatan komputer pertama yang dirilis Disney, bahkan dikatakan sebagai yang paling pertama. Film ini juga merupakan film Pixar pertama yang dirilis ke bioskop, meraup US$ 356.800.000 di seluruh dunia. Ceritanya berkisar tentang petualangan mainan yang digambarkan bisa hidup jika tidak ada orang.

Sekuel film ini, Toy Story 2, dan Toy Story 3, dirilis pada 1999 dan 2010. Video Buzz Lightyear of Star Command: The Adventure Begins dan serial televisi Buzz Lightyear of Star Command yang dirilis pada 2000 menceritakan petualangan Buzz Lightyear, salah satu mainan dalam Toy Story.

Senin, 27 Desember 2010

Film Review : A Beautiful Mind (2001)

Sumber : http://blog.kenz.or.id/2005/04/25/analisis-film-a-beautiful-mind.html

Director : Ron Howard
Writers : Akiva Goldsman, Sylvia Nasar (book)
Stars : Russell Crowe, Ed Harris and Jennifer Connell



Awards

2002, the film was awarded four Academy Awards for Adapted Screenplay (Akiva Goldsman), Best Picture (Brian Grazer and Ron Howard), Directing (Ron Howard), and Supporting Actress (Jennifer Connelly). It also received four other nominations for Best Actor in a Leading Role (Russell Crowe), Film Editing (Mike Hill and Daniel P. Hanley), Best Makeup (Greg Cannom and Colleen Callaghan), and Original Music Score (James Horner).[31] The 2002 BAFTAs awarded the film Best Actor and Best Actress to Russell Crowe and Jennifer Connelly, respectively. It also nominated the film for Best Film, Best Screenplay, and the David Lean Award for Direction. At the 2002 AFI Awards, Jennifer Connelly won for Best Featured Female Actor. In 2006, it was named #93 in AFI's 100 Years... 100 Cheers. The film was also nominated for Movie of the Year, Actor of the Year (Russell Crowe), and Screenwriter of the Year.

Review

Film A Beautiful Mind menggambarkan kisah perjuangan seorang ahli matematika genius yang bernama John Forbes Nash, yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer. Selama Perang Dingin berlangsung, Nash mengidap schizophrenia yang membuatnya hidup dalam halusinasi dan selalu dibayangi ketakutan hingga ia harus berjuang keras untuk sembuh dan meraih hadiah Nobel tahun 1994, kala ia memasuki usia senja.

Kisah dibuka dengan Nash muda di tahun 1948 yang memulai hari-hari pertama kuliahnya di universitas bergengsi, Princeton University. Sejak awal, Nash -lelaki sederhana dari dusun Virginia digambarkan sebagai pribadi penyendiri, pemalu, rendah diri, introvert sekaligus aneh. Aku tak terlalu suka berhubungan dengan orang dan rasanya tak ada orang yang menyukaiku, ujar Nash berkali-kali. Di balik segala kekurangannya, Nash juga digambarkan sebagai laki-laki arogan yang bangga akan kepandaiannya. Ini ditunjukkannnya dengan cara menolak mengikuti kuliah yang dianggapnya hanya menghabiskan waktu dan membuat otak tumpul. Sebagai gantinya, Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinal untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.


Di tengah persaingan ketat, Nash mendapat teman sekamar yang sangat memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan seorang gadis cilik Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan matematika-sampai-sampai menulis berbagai rumus di kaca jendela kamar dan perpustakaanakhirnya secara tak sengaja berhasil menemukan konsep baru yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith. Konsep inilah yang dinamakannya dengan teori keseimbangan, yang mengantarkannya meraih gelar doktor. Mimpi Nash menjadi kenyataan. Tak hanya meraih gelar doktor, ia berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di MIT.

Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.

Adalah Alicia Larde, seorang mahasiswinya yang cantik, yang membuatnya sadar bahwa ia juga membutuhkan cinta. Ketika pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan merasa terus berada dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen rahasia. Nash semakin hari semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya ketika ia sedang membawakan makalahnya di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen seorang ahli jiwa menangkap dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Dari situlah terungkap, Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa kejadian yang dialami Nash selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar, Herman dan keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek rahasianya.

Untungnya, Alicia adalah seorang istri setia yang tak pernah lelah memberi semangat pada suaminya. Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tak pernah habis dari Alicia, Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.

Analisa

Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut:

1. adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.

- Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.

- Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.

- Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.

2. adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.

3. gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.

4. adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.

5. social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu :
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani isterinya
- Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali

Karakter Pribadi John Nash, yaitu:
- Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.

Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.

Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.

Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.

Sampai saat ini Skizofrenia adalah salah satu penyakit mental yang belum diketahui pasti penyebabnya. Bukti terbaru mengatakan bahwa struktur maupun aktivitas otak penderitanya adalah abnormal, namun demikian selain penyebab genetik (biologis) bisa dimungkinkan bahwa skizofrenia juga disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis.

Referensi :
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta : PT RajaGrafindo Perkasa. Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju.
Maslim, Rusdi, ed. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta, 1995.